Artikel

Catatan Kajian Kitab Mukhtashar Syu’abul Iman Lil Baihaqi Di Masjid Quba’ Kota Madinah

-::- Catatan Kajian Kitab Mukhtashar Syu’abul Iman Lil Baihaqi Di Masjid Quba’ Kota Madinah -::-

Karya Imam Abul Qasim Al Qazwini

Oleh : Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin Amir Ar Ruhaili hafidzahullahu ta’ala.

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.

“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.”

Menunjukan bahwa agama lebih berharga dari apapun.

Tidak didapatkan rasa ini kecuali pada diri orang yang kokoh ilmu dan agamanya. Ia lebih memilih mati dibakar api daripada harus meninggalkan agamanya, kembali kepada kekufuran.

Karena saat seseorang dibakar api, ia hanya merasakan sakit beberapa menit saja. Lalu ruh nya lepas kemudian masuk ke dalam syurga dan tidak merasakan sakit selama lamanya.

Dan jika seseorang mati di atas kekufuran maka ia kekal di neraka selama lamanya.

Api neraka 70 kali lbh panas dari api dunia.

Kematian itu seperti duri yg ditanam dalam badan. Harus dicabut dan akan terasa sakit. Dan suatu saat setiap orang pasti akan merasakannya.
Seorang yg berakal lebih suka dibakar di dunia daripada ia meninggalkan keimananya.

Dalam sahih Muslim ada seorang lelaki meminta kepada Nabi, dan beliau memberikan kambing kepadanya.

Lelaki tadi lantas datang pada kaumnya “wahai kaumku berislamlah kalian!. Karena Muhammad kalau memberi tidak pernah takut miskin. Maka yang ia bawa pasti benar dan ia menginginkan keselamatan bagi kalian.”

Iman jika sudah merasuk ke dalam hati seseorang, maka ia akan menjadi kuat. Dan ia lebih mengutamakan agama daripada dunia dengan segala isinya.

Demikian pula kisah Musa alaihissalam saat melawan para tukang sihir. Mereka adalah manusia yg paling jauh dari agama. Nabi Musa melemparkan tongkat yg menelan semua sihir yang mereka perbuat. Allah berfirman saat mengisahkan kejadian itu :

“Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.

Maka tersungkurlah para tukang sihir sambil bersujud (kepada Allah),

mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,

(yaitu) Tuhannya Musa dan Harun”.

(QS Asy Syu’ara : 45-48).

Keimanan jika sudah merasuk ke dalam hati. Maka kematian dan hukuman menjadi sangat ringan dan remeh.

-::- Asyuhhu biddin, Kekikiran Terhadap Agama -::-

Asyuhhu secara bahasa artinya al hirsu.

Asy Syuhh itu lebih dahsyat dibandingkan Al Bakhil.

Bakhil itu tidak mau menunaikan nafkah yg sunnah.

Tetapi kalau Asy Syuhh meninggalkan nafkah yang wajib maupun yg sunnah.

Dan keduanya sama sama buruk.

Ash Syuhhu biddin artinya sangat kikir terhadap agama. Dia lbh mengutamakan agama lebih dari apapun juga, lebih dari dunia dengan seluruh isinya.

Agama lebih dia utamakan dari segala hal yg ia cintai di dunia ini.

Sampaipun ia dibunuh dengan dibakar api. Itu lebih ia sukai dari pada meninggalkan agamanya. Karena agama tidak ada bandingannnya. Tidak ada gantinya, Nabi saat wafat tidak ada ulama yg bisa menggantikan.

Tapi kalau ulama mati kadang ada gantinya. Allah ta’ala berfirman :

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

(QS Ali Imran ; 85).

Adapun perkara dunia, kalau hilang pasti ada gantinya. Istri meninggal bisa menikah lagi. Pangkat hilang bisa dapat lagi.

Tapi kalau agama sudah ditinggalkan, sampai mati tidak bisa ada gantinya. Benci kehilangan Allah, rasul serta agama menjadi prioritas utama.

Sampai ia mati dibakar pun ia tidak mau kehilangan ketiganya.

Di antara fenomena yg menunjukan Asyuh biddin (kikir terhadap agama) adalah firman Allah taala :

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُم مِّنْ أَرْضِنَآ أَوْ لَتَعُودُنَّ فِى مِلَّتِنَا

“Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka : “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kalian dari negeri kami, atau kalian kembali kepada agama kami”.

(QS Ibrahim : 13).

Mereka lebih memilih terusir dari negerinya daripada meninggalkan agamanya.

“Sungguh kami mengada adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agama kalian (murtad), sesudah Allah menyelamatkan kami darinya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki(nya).”

(QS Al A’raf ; 89).

Sebagian ulama menyatakan dari firman Allah taala : Ba’da idz najjallahu minha (setelah Allah menyelamatkan kami dari agama kekufuran) terdapat beberapa pelajaran di antaranya :

Ayat ini menunjukkan bahwa kekufuran adalah bala’ dan bencana.

Mereka jauh lebih memilih terusir dari negerinya daripada kehilangan agama.

Seperti halnya kaum Muhajirin yang lebih memilih meninggalkan Mekkah. Padahal Mekkah adalah negeri mereka, di dalamnya mereka memiliki harta perdagangan, kebun, sawah, ladang, ternak, anak, istri dan lebih memilih hijrah kepada nabi dalam kondisi miskin.

Apa yg menyebabkan ini semua ? jawabnya adalah karena pengagungan terhadap agama Islam.

Seandainya ayah, ibu, istri, keluarga menyuruh untuk kufur, mereka tidak akan mau.

Abu Hurairah radhiyallahu anhu adalah orang yang sangat berbakti kepada ibunya. Tetapi ia tidak mau murtad.

Sampai akhirnya beliau meminta pada nabi agar ibunya diberikan hidayah masuk ke dalam agama Islam.

Sahabat yang lain menyatakan kepada ibunya yang mogok makan serta memerintahkan untuk murtad, ia menyatakan kepada sang ibu :

“Wahai ummi seandainya engkau memiliki seribu nyawa. Kemudian nyawa tersebut keluar satu demi satu. Demi Allah aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku sedikitpun juga.”

Ibunya lantas kembali makan dan minum. Sehingga Allah memberi hidayah masuk Islam.

Adapun manusia di jaman sekarang banyak yang lemah agamanya. Saat disuruh memilih di antara pekerjaan atau agama. Ia lebih memilih untuk mengorbankan agamanya. Eksistensi iman di dalam hatinya melemah. Kecuali orang orang yang dirahmati oleh Allah taala.

Di antara tanda kekikiran terhadap agama adalah ucapan Nabi yusuf alaihissalam.

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka terhadap aku.”

(QS Yusuf : 33).

Wanita yang mengajak zina nabi Yusuf itu sangatlah cantik, mereka hanya berdua saja, wanita itu adalah majikannya, beliau dirayu, wanita itu juga mengancam, pintu ditutup, dan sebab lain yang mendukung terjadinya perzinahan. Akan tetapi Allah selamatkam Yusuf. Beliau berkata “penjara lebih aku pilih daripada syahwat”.

Ini adalah kecintaan terhadap agama dan kecintaan terhadap keimanan. Menunjukkan besarnya kekuatan iman nabi yang mulia ini.

Asy Syuhhu itu ada 4 macam :

  1. Asy Syuhhu alal anfus

Kikir terhadap diri sendiri, ini adalah jenis sifat yang tercela.

Allah ta’ala berfirman :

“Mereka (orang orang Anshar) lebih mengutamakan (orang-orang Muhajirin), dari pada diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dijaga dari kekikiran terhadap dirinya sendiri, mereka itulah orang orang yang beruntung.”

(QS Al Hasyr : 9).

Jika manusia dijaga dari syuhhun nafs ini (sifat suka mengutamakan diri sendiri), maka ia akan sangat mudah bersedekah, mudah berinfaq, mudah memberi bantuan kepada fakir miskin. Dan mudah memberikan kemaslahatan terhadap Islam dan kaum muslimin.

Datang keterangan dari sebagian para sahabat yang menjelaskan bahwa Asy Syuhh itu adalah bakhil dari melaksanakan kewajiban.

Seorang lelaki datang menemui Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu dan berkata : Aku khawatir akan binasa karena aku mendengar firman Allah :

وَمَن یُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

“Barangsiapa dijaga dari sikap kikir terhadap diri sendiri maka ia termasuk orang yang beruntung.”
(Surat At-Taghabun: 16)

Sementara aku termasuk orang yang tidak pernah bersedekah.

Kata Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu ; Kikir terhadap diri sendiri itu saat engkau makan harta saudaramu dengan cara yang batil.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu , ada orang bertanya : Wahai Abu Abdurrahman aku khawatir terkena ayat ini waman yuqa syuhha nafsihi.

Karena aku tidak pernah bersedekah. Beliau menjawab : Asy Syuhh/ kikir terhadap diri sendiri itu ketika engkau memakan harta saudarmu dengan cara yang batil. Adapun yang engkau lakukan itu adalah kebakhilan.

Anas radhiyallahu ‘anhu menyatakan bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “Telah terlepas dari sikap Asy Syuhh orang yang membayar zakat serta memuliakan tamunya….”

  1. Asy Syuh Alal Waqti/ Kikir terhadap waktu.

Ini adalah sifat yang terpuji. Karena waktu sangat berharga, dan ia merupakan ladang akhirat.

Sebagian orang yang bijak menyatakan bahwa kikir terhadap harta itu bakhil. Sedangkan kikir terhadap waktu adalah aqd.

Sebagian ulama yang lain menyatakan bahwa selamatnya iman seseorang saat ia bakhil terhadap waktunya. Karena itu merupakan kemenangan dan keberuntungan.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu olehnya. Yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu menyatakan tidak pernah menyesal kecuali saat matahari tenggelam, berkurang usia beliau tetapi tidak bertambah amal beliau.

Ini menunjukkan semangat dan kikirnya para salaf terhadap waktu. Sebuah sikap yang layak untuk kita tiru. Sebagian manusia suka menunda nunda. Padahal waktu esok tidak bisa menggantikan waktu di hari ini.

Di antara yg mengherankan sebagian manusia saat kehilangan waktu malah ia bangga. Ulang tahun, bahagia menunggu waktu yg berlalu

Ada seorang pemuda datang dan berkata : “Aku ingin buang waktu bersamamu.”

Jika waktu bisa dibeli, seseorang akan rela membeli waktu dengan harga puluhan ribu real agar ia bisa shalat 1 rakaat saja.

  1. Asy Syuh alal a’radh/ Kikir terhadap martabat dan kehormatan.

Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu anhu berkata : Seandainya aku melihat istriku bersama lelaki lain, maka aku menyabet lelaki tadi dengan pedang. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda ; Kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad ? ketahuilah bahwa aku jauh lebih cemburu daripada dia.

Allah yang paling cemburu kemudian nabi dan para sahabat dan yang di bawahnya.

Harta itu jika hilang bisa dicari, tetapi kehormatan jika sudah hilang tidak bisa dicari. Kehormatan istri, martabat anak haruslah dijaga

Karena orang orang kafir lancang menginjak injak kehormatan wanita kaum muslimin dengan berbagai jenis pakaian dan dengan berbagai hiburan.

Maka kita harus semangat mendidik istri, anak, mengajarkan aqidah, mengajarkan rasa malu dan mengajarkan agar mereka selalu menjaga kehormatannya.

Ada lelaki rajin shalat, tetapi istrinya suka menyingkap aurat dan dia biasa saja. Dimanakah kecemburuannya ?!

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa berjihad membela kehormatannya maka ia mati syahid.”

  1. Asy Syuh Biddin/ Kikir terhadap agama.

-::- Jenis kekikiran terhadap agama ada dua :

). Pertama Asy Syuhhu Bi Aslid Din/ kikir terhadap pondasi agama.

Sampai pun jika ia ditawari dunia dengan seluruh isinya agar meninggalkan pondasi agama ia tidak akan mau.

). Kedua, Asy Syuhhu Bikamalil Iman

Yaitu seseorang tidak mau meninggalkan kewajiban meskipun ditawari harta.

Agama itu manfaatnya kekal. Sedangkan dunia manfaatnya sementara.

-::- Fenomena Asy Syuhh Bid Din/ Kikir terhadap Agama -::-

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “Aku takut pada Allah lebih dari ketakutanku pada siapapun.”

Dari Khabab bin Al Arat, dahulu aku bekerja untuk Al Ash bin Wail. Hingga hartaku terkumpul padanya dan aku datang hendak menagih hak ku. Dia mengatakan : Demi Allah aku tidak akan memberikan hartamu sampai engkau kufur terhadap agama Muhammad shalallahu alaihi wa sallam.

Aku menjawab : Tidak akan pernah sampai engkau mati dan engkau dihidupkan lagi aku tidak akan pernah meninggalkan agamaku.

Dia bertanya : Aku akan mati dan dihidupkan lagi ?

Aku menjawab : Iya

Dia berkata lagi : Nanti kalau aku dihidupkan lagi pasti aku akan diberi harta dan anak anak ketika itu aku akan membayarkan hakmu.

Lantas Allah ta’ala menurunkan ayat :

أَفَرَءَيْتَ ٱلَّذِى كَفَرَ بِـَٔايَٰتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًا وَوَلَدًا

“Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: “Pasti aku akan diberi harta dan anak.” (QS Maryam : 77).

Bilal bin Rabbah adalah orang yang sangat kikir terhadap agamanya. Dia rela mengalami berbagai macam azab dan siksaan demi mempertahakan agamanya dan hanya mengatakan : “Allah … Allah …”

Sebagian sahabat menyatakan : Kami mengadu kepada nabi akan kerasnya siksaaan orang kafir terhadap kami. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda : Orang di jaman dahulu digergaji hingga terbelah badannya, dan disisir kepalanya menggunakan sisir besi sampai mengelupas kulit kepalanya. Namun mereka tidak meninggalkan agamanya sama sekali.

Kita menutup pengajian ini dengan satu kabar yang agung tentang kisah manusia yang mempertahankan agamanya. Yaitu kisah Ashabul Ukhdud yang disebutkan di dalam surat Al Buruj.

Kisah secara rinci disebutkan di dlm hadits shahih riwayat Imam Muslim. Seorang raja memiliki tukang sihir yg sudah tua. Ia meminta agar diberikan pemuda yg bisa diajari ilmu sihir….dan seterusnya.

Ini menunjukan dahsyatnya kesabaran manusia di dalam mempertahankan agamanya.

Adapun kita diberi negeri yang aman. Tidak ada fitnah dan siksaan yang kita alami di dalamnya.

Akan tetapi fitnahnya adalah fitnah syahwat. Kalau umat jaman dahulu digergaji, dibakar, dipenggal kepalanya, bisa sabar. Maka kita seharusnya lebih bisa untuk bersabar lagi.

Pertahankan agama dan keimanan. Sibukkan diri dengan berbagai macam ketaatan. Karena maksiat adalah sarana yg mengantarkan kepada kekufuran.

Maka dari itu banyak sekali para ahli maksiat, ujungu ujungnya murtad menjadi yahudi, nasrani dan atheis.

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita Muhammad, seluruh keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir jaman.

Masjid Quba’, 5 Sya’ban 1444H/ 25 Feb 2023M.

✍🏻Diringkas dengan penuh kekurangan dan keterbatasan oleh : Abul Aswad.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button