Biografi Syaikh Ahmad As-Surkati

Biografi Syaikh Ahmad Surkati
Biografi para ulama adalah penyejuk iman serta penyejuk akal kita. Ia membawa kita pada sebuah perasaan hanyut dalam indahnya perjuangan dakwah, pahit getirnya pengorbanan darah, keringat dan tinta para ulama.
Hal ini tak jarang menumbuhkan sebuah semangat baru di dalam memperjuangkan kejayaan Islam dan kaum muslimin. Keindahan itu ada pada masa ketika mereka hidup, setelah mereka wafat keindahan beralih kepada kisah hidup mereka yang ditorehkan di atas baris-baris rapi di dalam kitab-kitab sejarah. Seorang penyair menyatakan :
جمال ذي الأرض كانوا في الحياة وهم *** بعد الممات جمال الكتب والسير
“Bumi tampak indah berseri ketika para ulama’ masih hidup *** Namun saat mereka telah tiada, keindahan itu beralih pada tulisan yang berisi kisah dan perjalanan hidup mereka.”
(Syu’ara Az-Zuhdi Fil ‘Ashril Abbasiyyil Awwal : 39 oleh Zainab Sayyid Nur).
Diantara sekian banyak ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk berdakwah mengajak manusia kembali ke jalan Allah, tersebutlah Syaikh Ahmad Surkati, nama beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad (Muhammad-nya lima kali) As-Surkati, Al-Anshari, As-Sudani, Al-Andunisi.
Gelar As-Surkati adalah gelar kakek ke-empat beliau, ketika kakek beliau pulang dari belajar di Mesir ia membawa kitab yang sangat banyak sekali. Disebut As-Surkati karena kata ini menurut bahasa Dongula kuno (desa asal beliau) berasal dari kata Sur artinya kitab, dan Kati artinya banyak.
Ayah beliau Muhammad juga seorang ulama alumni univ Al-Azhar Kairo, Mesir yang juga mendapatkan gelar Surkati.
(Tarikh Harakatil Islah Wal Irsyad Wa Syaikhil Irsyadiyin : 27, melalui perantara Juhud Syaikh Ahmad Surkati : 58).
Nasab Syaikh Ahmad Surkati bersambung sampai kepada Jabir bin Abdillah Al-Anshari Al-Khazraji radhdiyallahu ‘anhu, seorang sahabat mulia dari suku Khazraj yang banyak meriwayatkan hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Meski demikian beliau tidak suka membanggakan kemuliaan nasab tersebut, hingga setiap kali ditanya tentang hal tersebut beliau selalu saja berujar : “Aku berasal dari sekelompok orang yang mengklaim sebagai keturunan Jabir bin Abdillah.” Demikianlah memang sikap serta sifat rendah hati para ulama kita.
(Ta’atstsuru Syaikhil Irsyadiyyin Fi Indonesia Bida’watisy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab : 18).
Beliau dikenal juga dengan As-Sudani kemudian Al-Andunisi, karena memang beliau asli dari negara Sudan dan kelak di kemudian hari beliau berhijrah serta berdakwah di Indonesia hingga ajal datang menjelang.
Masa Kecil dan Pendidikan
Ahmad Surkati kecil lahir di sebuah kampung kecil lagi terpencil, desa Udfu namanya, di Jazirah Urqu, Dongula pada tahun 1292 H atau 1875 M. Desa kelahiran beliau ini terletak di negara Sudan bagian utara, beliau tumbuh di tengah keluarga yang dikenal wara’, shalih serta kental nuansa ilmunya. Surkati kecil menghafal Al-Qur’an di Dongula serta belajar pokok-pokok fiqih dari ayah beliau.
(Tahqiqul Kalam Fil Masa’ilits Tsalats : 32).
Tentang sekolah tahfidz dimana beliau belajar disebutkan bahwa dahulu ayah beliau yang bernama Muhammad As-Surkati mengirim Ahmad Surkati kecil untuk menghafal Al-Qur’an di masjid Al-Qulad yang merupakan pesantren tahfdzul Qur’an yang paling besar dan paling terkenal di Dongula.
(Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallah : 65).
Saudara beliau, yaitu Sati Muhammad menuturkan bahwa Ahmad Surkati kecil telah memiliki kelebihan dibandingkan anak-anak lainnya berupa kejernihan fikiran dan kecerdasan.
Hal ini yang mendorong ayahnya, Syaikh Muhammad, memperlakukan beliau lebih istimewa dibandingkan saudara-saudara lainnya. Beliau aktif menghadiri majlis-majlis dan pengajian-pengajian ilmiah. Beliau senantiasa menyibukkan diri dengan menghafal al-Qur’an dan pelajaran-pelajaran agama.
Syaikh Ahmad meneruskan pelajaran di Ma’had Syarqi Nawi, sebuah ma’had yang dipimpin oleh seorang ulama kenamaan di Dongula.
Setelah selesai, ayah beliau menginginkan agar Ahmad Surkati melanjutkan pendidikannya di Al-Azhar Mesir sebagaimana dirinya dulu. Namun maksud tersebut tidak terpenuhi, karena Sudan ketika itu dikuasai oleh pemerintahan Al-Mahdi yang bermaksud melepaskan diri dari kekuasaan Mesir. Raja Sudan saat itu yang bernama Abdullah ath-Thaya’isi tidak memperbolehkan orang-orang Sudan bepergian ke Mesir.
(Syaikh Surkati Reformis Yang Teraniaya : 3-4).
Syaikh Ahmad Surkati kemudian bersafar ke Hijjaz pada tahun 1897 dalam rangka untuk menuntut ilmu dan melaksanakan ibadah haji. Selepas menunaikan haji beliau mukim di Madinah Nabawiyyah selama empat setengah tahun lamanya.
Pada masa ini beliau mengkaji ilmu Al-Qur’an, Hadits, Fiqih dan bahasa arab di hadapan para ulama Madinah seperti Syaikh Umar Hamdan yang pakar dalam ilmu hadits, Syaikh Ahmad bin Ali Al-Majdzub yang pakar di bidang fiqih Maliki, serta Syaikh Ahmad Al-Barzanji yang pakar di bidang bahasa arab.
Dari Madinah beliau kembali ke Mekkah selama kurun waktu sebelas tahun lamanya menghabiskan masa tersebut untuk melanjutkan serta memperdalam ilmu agama di hadapan para ulama kibar di masjidil Haram seperti Syaikh As’ad bin Abdurrahman Ad-Duhan, Asy-Syaikh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath, Asy-Syaikh Sa’id bin Musa Al-Maghribi.
Setelah melalui masa yang panjang mengembara dan berkelana di majlis-majlis ilmu ini, beliau lantas mendapatkan gelar ilmiyyah international dari para ulama Hijjaz.
Nama beliau dicatat sebagai orang Sudan pertama yang menjadi salah satu ulama Mekkah dan beliau diberikan izin untuk mengajar di Masjidil Haram.
(Tahqiqul Kalam Fil Masa’ilits Tsalats : 32-33).
Dakwah dan Mengajar
Pada tahun 1326 H bertepatan dengan tahun 1908 M beliau mulai mengajar di majlis ilmu di dalam Masjidil Haram. Kemudian membuka Kuttab (sekolah tahfidz) yang diberi nama Kuttab As-Surkati.
Ketika madrasah Al-Falah dibuka di Mekkah pada tahun 1330 H seluruh santri di kuttab mendaftar ke madrasah ini dan beliau menjadi pengajar di madrasah tersebut bersama dengan Syaikh Abdullah Hamduh As-Sinawi. Dan pada tahun sama beliau berangkat menuju ke Indonesia memenuhi undangan Jam’iyyah Al-Khair di Jakarta.
(Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallah : 78).
Perjalanan Dakwah di Indonesia
Kejadian yang melatar belakangi keberangkatan beliau ke Indonesia adalah karena aktifnya beliau berkorespondensi dengan ulama-ulama Al-Azhar Mesir. Sehingga beliau cukup dikenal di kalangan ulama-ulama Al-Azhar pada saat itu.
Dari hubungan korespondensi itulah, akhirnya ulama Al-Azhar merekomendasikan nama beliau kepada Jami’at Al-Khair. Sebuah perhimpunan masyarakat Arab pertama di Indonesia yang dikelola oleh Alu Ba’alawi. Supaya Syaikh Ahmad mau menjadi guru dan mengajar di Hindia Timur (nama Indonesia tatkala itu).
Versi lain menyebutkan bahwa beliau diminta oleh Jami’at Khair di Jakarta atas rekoemndasi dari sebagian ulama Mekah yaitu Syaikh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath dan Syaikh Husain bin Muhammad Al-Habsyi.
(Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallah : 88).
Akhirnya berangkatlah beliau ke Jawa disertai dengan dua orang sahabatnya, Syaikh Muhammad Abdul Hamid asSudani dan Syaikh Muhammad Thayib al-Maghribi.
Beliau sampai ke Jawa pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 1329 H kaum Alawiyin sangat gembira dengan kedatangan beliau. Tidaklah beliau turun dari kapal melainkan disambut dengan penuh kemeriahan, gegap gempita dan penuh penghormatan, sambutan penghormatan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata kala itu.
Di tangan Syaikh As-Surkati, madrasah Jami’at Al-Khair menjadi maju pesat.
Oleh karena itulah, Jami’at Al-Khair mendatangkan lagi guru-guru dari luar negeri yang keseluruhannya berasal dari Sudan. Mereka itu adalah : Muhammad Aqib As-Sudani, Abul Fadl Muhammad Sati adik Syaikh Ahmad, Muhammad Nur al-Anshori dan Hasan Hamid al-Anshori.
Namun, sambutan baik ini tidak berlangsung lama karena dipicu oleh beberapa perselisihan Syaikh dengan Alu Ba’alwi. Dan perselisihan ini semakin melebar. Puncak-puncaknya adalah kejadian yang dikenal dengan sebutan “Fatwa Solo”.
Dimana Syaikh Ahmad Surkati pada tahun kedua sejak kedatangan beliau ke Jawa bersafar ke beberapa daerah di Indonesia untuk melihat situasi dan kondisi etnis arab di Indonesia.
Ketika beliau berada di Solo di salah satu rumah keluarga arab di sana. Beliau ditanya oleh seorang keturunan Arab yang tinggal di Solo, Sa’ad bin Sungkar, dengan pertanyaan tentang hukum perkawinan antara wanita Alu Ba’alawi dengan non Ba’alawi. Syaikh As-Surkati menjawab dengan singkat dan tegas akan kebolehannya menurut hukum syara’ yang adil.
Kejadian “Fatwa Solo” ini mengguncang masyarakat Alu Ba’alawi dan menganggapnya sebagai suatu penghinaan besar-besaran. Mereka pun menekan Syaikh Ahmad agar mencabut fatwa tersebut namun Syaikh Ahmad tetap bersikeras tidak mau mencabut fatwanya tersebut.
Bahkan Syaikh Ahmad memberikan jawaban beliau lebih terperinci dengan menyebutkan dalil-dalilnya di dalam risalah Surat al-Jawab yang dimuat di dalam surat kabar “Suluh Hindia” pimpinan H. Oemar Said Tjokroaminoto.
(Syaikh Ahmad Surkati Reformis Yang Teraniaya : 30-31, lihat pula Ta’atsuru Syaikhil Irsyadiyin Fi Indonesia : 24).
Hal ini semakin membuat mereka murka, memerah wajah-wajah mereka, berubah perlakuan baik mereka menjadi acuh tak acuh, namun beliau tetap tegar berpegang teguh dengan manhaj Ahlissunnah dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah beliau pernah membuat pernyataan terkenal :
“Hendaknya kaum ‘Alawi, Al-Hadad dan yang semisal dengan mereka mengetahui bahwasanya aku bukan orang yang bisa ditakut-takuti dengan (membawa-bawa nama) ahlussunnah tidak pula dengan mayoritas. Akan tetapi aku termasuk orang yang bisa ditakuti dengan sunnah yang shahih dan Al-Kitab yang kokoh.
Ahlussunnah Wal Jama’ah menurut pandanganku adalah orang yang bersandar kepada kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa mendatangi kami dengan tidak membawa argumentasi yang kokoh dari keduanya. Maka tidak ada harganya sama sekali ucapan dia di hadapan kami dalam masalah agama meskipun ucapan itu sepenuh bumi. Silahkan percaya bagi yang percaya dan silahkan mengingkari bagi orang yang tidak percaya, cukuplah Allah sebagai penengah antara dia dan kami dan kelak segala perselisihan akan dihadirkan di hadapan Allah ta’ala.”
(Ithaful ‘ibad Bitafni Maza’imil Haddad : 109, melalui perantara Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwah Ilallah : 73-74).
Perselisihan ini mendorong Syaikh Ahmad Surkati untuk mengajukan pengunduran diri dari Jamiat Al-Khair pada tanggal 6 September 1914. Tampak dari pengunduran diri ini bahwa Syaikh Ahmad Surkati menginginkan kembali ke Mekkah dan tidak mau jatuh ke dalam pusaran perselisihan dengan kaum Alu Ba’alwi.
Hanya saja sebagain tokoh arab Hadhramaut, Yaman di Indonesia menghalangi maksud beliau dan memotivasi beliau untuk melanjutkan perjuangan dakwah Islam di Indonesia. Syaikh Ahmad Surkati menyanggupi ajakan mereka, beliau pernah menyatakan ; “Mati di Indonesia dalam keadaan berjihad lebih utama dan lebih mulia dari pada mati di Mekah dengan tanpa jihad.”
Dengan keluarnya Syaikh Ahmad Surkati dari Jamiat Al-Khair dan berpindah ke rumah yang baru. Maka berdirilah Madrasah Al-Islah Wal Irsyad Al-Arabiyyah di rumah salah satu tokoh arab bernama Umar bin Yusuf Manqusy. Dan awal berdirinya madrasah ini pada tanggal 15 Syawal 1332 H/ 6 September 1914 M.
Madrasah inilah yang kelak menjadi cikal bakal Jum’iyyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang memiliki peran sangat besar dalam menyebarkan ilmu, akhlaq dan aqidah yang shahihah.
Jum’iyyah ini memiliki cabang yang sangat banyak sekali di berbagai penjuru Indonesia dan banyak menusia mengambil manfaat dari keberadaan jum’iyyah ini.
(Tahqiqul Kalam Fil Masa’ilits Tsalats : 34, Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallah : 94).
Pujian Para Ulama Terhadap Syaikh Ahmad Surkati
Teramat banyak sekali pujian para ulama sunnah terhadap Syaikh Ahmad Surkati, kami akan menyebutkan beberapa diantaranya ;
1) Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al-Mu’allimi
“Beliau adalah kibar ulama yang pakar dalam ilmu Jarh Wat Ta’dil sehingga diberikan gelar oleh Syaikh Bakr Abu Zaid sebagai Dzahabiyyul ‘Asr (Imam Adz-Dzahabi abad ini).
Beliau ini memiliki saudara kandung yang tinggal di Surabaya bernama Ahmad bin Yahya Al-Mu’allimi. Terjadi surat menyurat antara beliau berdua. Dan saudara beliau ini Ahmad bin Yahya pernah mengirimkan kitab Al-Masa’iluts Tsalats kepada Syaikh Abdurrahman Yahya.
Syaikh Abdurrahman Yahya lantas memuji kitab tersebut bahkan beliau meyempatkan diri memberikan penjelasan panjang lebar terhadap Masailuts Tsalats dan dicetak dengan judul Tahqiqul Kalam Fil Masailuts Tsalats, diantara yang beliau ketakan tentang diri Syaikh Ahmad Surkati adalah :
فقد أطلعني بعض الإخوان علي رسالة عنوانها (المسائل الثلاث) التي قدمت للأستاذ أحمد محمد سوركتي في سورابايا وسألني أن أقدر حيثية مؤلفها لأن كثيرا من المنتسبين إلي العلم يجهلونه ويبدعونه ثم أبدي ما أراه من انتقاد في كلامه لكونه أذن في ذلك ثم أتكلم علي تلك المسائل بما أدين الله تعالي به بقدر وسعي. وبعد مطالعتي للرسالة أجبت عن السؤال الأول أن هذه الرسالة علي صغرها تمثل مؤلفها بمكان من العلم الصحيح والفضل الحقيقي والدين الراسخ والفهم السديد في الكتاب والسنة وأنه من البقية المذكورة في قوله تعالي
فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ
والطائفة المذكورة في قوله عليه الصلاة والسلام لا ينكر هذا كل من يفهم كلامه إلا من كان ناطرا من وراء حجاب الهوي والتقليد
“Sebagian saudara kami telah menunjukkan kepada kami sebuah risalah berjudul ‘Al-Masaailuts Tsalats’ yang ditulis oleh Ustadz Ahmad Muhammad Surkati di Surabaya.
Dan mereka meminta agar aku memperkirakan kapasitas penulisnya, karena banyak orang yang menisbatkan diri kepada ilmu menyatakan penulis risalah ini orang bodoh dan membid’ahkannya. Kemudian aku juga diminta agar menyampaikan koreksian terhadap ucapan beliau karena beliau memang mengijinkan hal itu, lalu aku juga diminta agar berbicara tentang permasalahan-permasalahan (di dalam risalah itu) sesuai dengan apa yang aku beragama kepada Allah dengannya sesuai dengan kemampuan yang ada pada diriku.
Setelah aku menelaah risalah ini aku menjawab pertanyaan pertama bahwa risalah ini meskipun kecil namun ia menjelaskan hakikat penulisnya berupa kapasitas ilmu yang beliau miliki , keutamaan hakiki, agama yang kokoh serta pemahaman lurus terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah.
Dan bahwasanya beliau ini adalah termasuk Baqiyyah yang tersebut dalam firman Allah ta’ala :
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan.”
(QS Hud : 116).
Dan beliau ini termasuk ke dalam Thoifah Mansurah yang tersebut di dalam sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tak ada yang mengingkarinya setiap orang yang memahami ucapan beliau, kecuali orang yang dipengaruhi oleh hawa nafsu dan taklid buta.”
(Tahqiqul Kalam Fil Masa’ilits Tsalats : 3-4).
2) Syaikh Muhammad Abdullah As-Saman
Ketika beliau memberikan pengantar bagi kitab Masaailuts Tsalats beliau berkata :
ﺍﳌﺆﻟﻒ ﻫﻮ ﺍﺣﺪ ﻛﺒﺎﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﻠﻔﻴﲔ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﳍﻢ ﺍﺛﺮ ﻛﺒﲑ ﰲ ﻧﺸﺮ ﻋﻘﻴﺪﺓ ﺍﻟﺴﻠﻔﻴﺔ ﰲ ﺟﺎﻭﺓ ﺑﺼﻔﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﻭﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﱃ ﺍﷲ ﺑﺼﻔﺔ ﻋﺎﻣﺔ ,ﻭﻳﻌﺘﱪ ﺍﳌﺆﻟﻒ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺻﺎﺣﺐ ﻣﺪﺭﺳﺔ ﺍﺳﻼﻣﻴﺔ ﻛﱪﻯ ﺗﺘﻠﻤﺬ ﺍﻟﻴﻬﺎ ﺍﻟﻌﺪﻳﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺒﺎﺏ ﺍﳌﺴﻠﻢ ﺍﳌﺴﺘﻨﲑ …
“Penulisnya adalah salah satu ulama salafi yang senior, yang mana beliau memiliki andil besar di dalam menyebarkan akidah salaf di Jawa secara khusus dan menyebarkan dakwah yang menyeru kepada Allah secara umum. Penulis ini dianggap sebagai ‘Allamah pemilik sekolah Islami yang besar, yang banyak para pemuda muslim yang tercerahkan berguru kepadanya.”
(Al-Masa’iluts Tsalats : 5).
3). Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Al-Halaby
Syaikhuna Ali Hasan al-Halaby al-Atsari hafizhahullahu setelah membaca hampir keseluruhan karya Syaikh As-Surkati mengatakan tentang Syaikh Ahmad As-Surkati rahimahullahu tatkala ditanya oleh Ustadzuna Abdurrahman bin Abdil Karim at-Tamimi As-Salafy beliau hafizhahullahu berkata :
ﻫﻮ ﺳﻠﻔﻲ ﺑﻞ ﺷﻴﺦ ﺍﻟﺴﻠﻔﻲ
“Beliau adalah salafiy bahkan beliau adalah syaikhnya salafiy!!!”
(Syaikh Ahmad Surkati Reformis Yang Teraniaya : 12-13).
4). Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al’Aqil
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab al-Aqil juga mengatakan hal yang sama bahwa as-Surkati adalah salafiy setelah beliau membaca tulisan-tulisan As-Surkati yang diajukan oleh Ustadzuna Yazid Jawwas dan Abdurrahman at Tamimi tatkala pertemuan di Lombok beberapa tahun silam.
(Syaikh Ahmad Surkati Reformis Yang Teraniaya : 12-13).
5). Syaikh Masyhur Hasan Ali Salman
Beliau menyatakan :
حصلت ولله الحمد علي كثير من الجهود العلمية التي قام بها الشيخ أحمد السوركتي وهي جيدة نافعة ولعلي أجمعها في مقالات مفردة
“Dengan izin Allah aku berhasil mendapatkan banyak karya ilmiyyah yang ditulis oleh Syaikh Ahmad As-Surkati dan ia adalah karya ilmiyyah yang sangat baik dan bermanfaat. Barangkali saja aku akan mengumpulkannya di dalam tulisan tersendiri.”
(Sabilur Rasyad Fi hadyi Khairil Ibad : 1/56 ta’liq oleh Syaikh Masyhur, melalui perantara Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallah : 83).
Hubungan Syaikh Ahmad Surkati dengan Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud
Sejarah menjadi saksi akan eratnya hubungan antara Syaikh Ahmad Surkati dengan Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud (beliau adalah pendiri kerajaan Arab Saudi sesi kedua). Tidak diketahui secara pasti kapan awal kali mereka berdua mengenal satu sama lain, akan tetapi berdasarkan indikasi yang ada hubungan diantara mereka berdua dimulai setelah Raja Abdul Aziz berhasil menguasai Hijaz.
Hubungan erat diantara mereka berdua terbuktikan dengan adanya kunjungan Syaikh Ahmad As-Surkati ke Hijaz pada tahun 1347 yang disambut meriah oleh Raja Abdul Aziz.
Bahkan Raja Abdul Aziz pada beberapa kesempatan menawarkan jabatan penting kepada Syaikh Ahmad hanya saja Syaikh tidak pernah menerima tawaran-tawaran tersebut dan tetap lebih memilih untuk kembali ke Jawa berdakwah menyebarkan Islam yang murni di sana.
Hubungan erat diantara mereka berdua juga terbuktikan dengan adanya manuskrip berupa surat-menyurat antara keduanya yang masih tersimpan rapi hingga saat ini di Ma’hadul ‘Ulum.
Hinggapun setelah Syaikh wafat raja Abdul Aziz masih memberikan kepedulian tinggi terhadap jum’iyyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang menjadi tanda adanya hubungan erat antara Raja Abdul Aziz dengan Syaikh Ahmad Surkati semoga Allah senantiasa merahmati keduanya.
(lihat ; Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallah : 100-103).
Karya-karya Ilmiyyah Beliau
Telah berlalu pujian Syaikh Masyhur Hasan Ali Salman terhadap karya-karya ilmiyyah yang ditulis oleh Syaikh Ahmad Surkati. Jumlahnya tidak begitu banyak karena Syaikh bukan tipe orang yang gemar berbicara di hadapan manusia, kecuali ketika terpaksa beliau menulis untuk membantah penyimpangan maupun untuk menjelaskan suatu perkara. Diantara karya-karya ilmiyyah beliau adalah ;
- Majalah Adz-Dzakhirah Al-Islamiyyah
- Suratul Jawab
- Taujihul Ikhwan Ila Adabil Qur’an
- Al-Masailuts Tsalats
- Al-Washiyyatul ‘Amirah
- Kitabul Adab Al-Quraniyyah
- Ummahatul Akhlaq
- Ithaful Ibad Bitafni Maza’imil Haddad
- Mandzumatul Khawatirul Hasan dll
Murid-murid beliau
Syaikh Ahmad Surkati telah mengerahkan segenap daya dan upaya dalam menyiapkan generasi yang terdidik. Generasi yang senantiasa mentauhidkan Allah dan senantiasa mengikuti sunnah Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak sekali murid beliau yang kemudian menjadi penyeru aqidah tauhid di Indonesia. Diantara sekian banyak murid beliau adalah :
- Ust Dr. Hasbi Ash-Shiddiqy (dikenal juga dengan nama Tengku Hasbi Ash-Shiddiqi, Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga, penulis produktif, mantan Rektor Universitas Al-Irsyad Solo).
- Ust Farid Ma’ruf(salah seorang Tokoh Muhammadiyah di Yogyakarta).
- Dr. HM Rasjidi (Menteri Agama RI pertama).
- Yunus Anis (ketua umum Muhammadiyah berpangkat Letnan Kolonel).
- Ustad Dr. (HC) Umar Hubeis
- Natsir (mantan Ketua Umum Masyumi, mantan Perdana Menteri RI)
- Hassan (ulama, salah satu pendiri Persis) dan masih banyak yang lainnya.
Demikianlah seklias kehidupan Syaikh Ahmad Surkati yang penuh dengan perjuangan dakwah, beliau juga sering memberikan jawaban pada kegiatan tanya jawab dengan organisasi-organisasi Islam semisal PERSIS dan Muhammadiyah. Tidak sedikit fatwa-fatwa beliau dimuat dan disebarkan oleh majalah-majalah dan buku-buku mereka. Syaikh senantiasa menghabiskan waktunya untuk ilmu, belajar dan mengajar, berdakwah dan mengajak manusia kembali kepada ajaran agama Islam yang murni hingga Allah ta’ala mewafatkan beliau.
Beliau wafat -semoga Allah memasukkan beliau ke dalam syurga-Nya yang luas- setelah menghabiskan usia untuk berdakwah di Indonesia selama tiga puluhan tahun lebih. Beliau wafat di rumah beliau pada hari kamis 16 Ramadhan tahun 1362 H bertepatan dengan 16 September 1943 M. Beliau dimakamkan di Tanah Abang, Jakarta dan belum sempat dikaruniai keturunan.
(Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallah : 64)
Wallahu a’lam
Referensi :
- Syu’ara Az-Zuhdi Fil ‘Ashril Abbasiyyil Awwal, oleh Zainab Sayyid Nur.
- Ta’atsuru Syaikhil Irsyadiyyin Fi Indonesia “Ahmad Surkati” Bidakwati Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, oleh Syaikh DR Ibrahim bin Abdillah Al-Hamad
- Juhud Syaikh Ahmad Surkati Fid Dakwati Ilallahi Fi Indonesia, oleh DR Syafiq Riza Basalamah.
- Tahqiqul Kalam Fil Masa’ilits Tsalats, oleh Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al-Mu’allimi
- Al-Masa’ilut Tsalats, oleh Syaikh Ahmad As-Surkati
- Ahmad Surkati Reformis Yang Teraniaya, oleh Abu Salma Al-Atsari
Ditulis oleh : Abul Aswad Al Bayaty
MasyaAllah. Profesionalisme dalam dakwah. Totalitas ngangsu kawruh.